MAKALAH
PENGENDALIAN POLUSI KENDARAAN
“PENGENDALIAN EMISI KENDARAAN DENGAN PENGONTROLAN PEMBAKARAN PADA RUANG
BAKAR”
Dosen Pengampu
Drs. Supraptono, M.Pd.
A. Mustamil Khoiron, S.Pd.,M.Pd.
Drs. Supraptono, M.Pd.
A. Mustamil Khoiron, S.Pd.,M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2016
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Akhir-akhir ini sebagian besar
masyarakat di dunia terfokus pada perubahan iklim global yang disebabkan oleh
pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan merupakan salah satu masalah
penting yang sedang dihadapi oleh beberapa negara di dunia saat ini, tidak
terkecuali Indonesia. Di mana permasalahan tersebut semakin meningkat sejalan
dengan meningkatnya jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, kemajuan teknologi,
dan urbanisasi di kota-kota besar. Permasalahan yang hingga saat ini masih
menjadi pembicaraan hangat adalah adanya pemanasan global (global warming) yang disebabkan oleh pencemaran udara.
Pencemaran udara sangat
mengganggu kenyamanan dan bahkan telah menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan serta keseimbangan iklim global. Menurunnya kualitas udara tersebut
terutama disebabkan karena banyaknya penggunaan bahan bakar fosil pada sarana
transportasi dan industri di hampir seluruh daerah di dunia.
Untuk mengantisipasi dan
menanggulangi dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia maupun
lingkungan perlu adanya upaya-upaya nyata dari semua pihak. Upaya ini meliputi
pencegahan dan peanggulagan pencemaran serta pemulihan udara dengan melakukan
invetarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber pencemar baik sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak, serta
penanggulangan keadaan darurat akibat pencemaran udara.
Salah satu sumber pencemaran
udara terbesar adalah sarana transportasi dengan sistem penggerak motor bakar,
di mana terjadi pembakaran akan selalu menghasilkan emisi atau gas buang.
Gas-gas sisa yang dihasilkan oleh pembakaran tidak selalu berupa uap air dan CO2
namun juga seringkali mengandung gas-gas berbahaya, seperti CO, NOx,
dan HC. Produksi gas-gas berbahaya tersebut dapat dikendalikan dengan beberapa
cara, antara lain pengontrolan udara dan bahan bakar pada motor bakar, pengontrolan
proses pembakaran pada ruang bakar, dengan penambahan Catalistic Converter pada saluran buang, dan Exhaust Gas Recirculating System (EGR System). Untuk itu, perlu adanya pembahasan mengenai bagaimana langkah-langkah
pengendalian tersebut dan bagaimana pengaruhnya terhadap gas buang kendaraan. Namun,
pada kesempaan kali ini kami hanya akan mengambil topik untuk di bahas dalam
makalah ini yaitu pengendalian polusi kendaraan dengan cara pengontrolan proses
pembakaran pada ruang bakar.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diambil beberapa rumusan masalah
sebagai beriut:
1.
Apa sajakah treatment yang dapat dilakukan untuk
mengontrol pembakaran pembakaran pada ruang bakar?
C.
Tujuan
Dari latar belakang dan rumusan
masalah yang telah ditentukan, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui treatment apa saja yang dapat
dilakukan dalam pengendalian pembakaran pada ruang bakar.
BAB II
KAJIAN TEORI
KAJIAN TEORI
A.
Sistem
Pengapian
Motor pembakaran dalam (internal
combustion engine) mengahasilkan tenaga dengan jalan membakar campuran udara
dan bahan bakar pada silinder. Pada motor bensin, loncatan bunga api pada busi
diperluakan untuk menyalakan campuran udara dan bahan bakar yang telah
dikompresikan oleh torak di dalam silinder.
Karena pada motor
bensin proses pembakaran di mulai oleh
loncatan bunga api pada busi, maka diperlukan suatu sistem yang berfungsi
menghasilkan loncatan bunga api pada busi, untuk beberapa metode diperlukan
untuk menghasilkan arus tegangan tinggi yang diperlukan untuk proses
pembakaran. Sistem pengapian (ignition sistem) pada motor bensin berfungsi
untuk menaikkan tegangan baterai menjadi 10KV atau lebih dengan mempergunakan
ignition coil dan kemudian oleh distributor di bagi bagi ke busi melalui kabel
tegangan tinggi. Karena pada saat campuran bahan bakar – udara di kompresikan
dalam silinder, sangat sulit bagi bunga api untuk melewati udara, maka tegangan
yang di berikan pada busi harus cukup tinggi untuk dapat membangkitkan bunga
api yang kuat. Dan apabila sistem pengapian tidak bekerja, maka mesin akan
mati. Oleh karena itu sistem pengapian harus mempunyai ketahanan yang cukup
untuk menahan getaran dan panas yang di bangkitkan oleh mesin, demikian juga
tegangan tinggi yang dibangkitkan oleh sistem pengapian itu sendiri.
Sitem pengapian terdiri dari
sistem pengapian konvensional, elektronik dan computer. Komponen dari sistem
pengapian terdiri dari batri, koil, distributor atau ECU, dan busi.
B. Sistem Pengapian Konvensional
Sistem pengapian konvensional adalah salah satu sistem
pengapian pada motor bensin yang masih bekerja secara mekanik yaitu dengan
menggunakan platina untuk memutus hubungkan arus primer koil, yang nantinya
bertujuan untuk menghasilkan induksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder
koil yang akan disalurkan ke masing masing busi.
Gambar 2 sistem pengapian konvensional
Sistem pengapian konvensional mempunyai beberapa kelemahan
dilihat dari cara kerjanya yang masih menggunakan prinsip mekanik yaitu :
a.
Diperlukan
penyetelan celah platina yang tepat
b.
Terjadinya
oksidasi pada permukaan breaker point sehingga memperbesar hambatan pada
permukaan breaker point
c.
Permukaan
breaker point yang cepat aus sehingga diperlukan pengecekan secara berkala
d.
Permukaan
breaker point yang tidak boleh kotor
Dari point point tersebut
seluruhnya berpengaruh terhadap performa dari sistem pengapian konvensional
karna pada prinsipnya arus yang melewati kumparan primer apabila berubah
tegangannya akan mempengaruhi keseluruhan kerja dari sistem pengapian
konvensional itu sendiri sehingga dapat juga mempengaruhi kesetabilan kinerja
mesin pada setiap rpm.
C.
Sistem
Pengapian Elektronik
Sistem
pengapian elektronik atau sistem solid state transistorized ignition yang
biasa disebut sistem pengapian transistor, memanfaatkan transistor untuk
memutus dan mengalirkan arus primer koil untuk menghapuskan kerja mekanik dari
breaker point sehingga sistem pengapian diharapkan akan bekerja lebih optimal.
Jika pada sistem pengapian konvensional pemutusan arus primer koil dilakukan
secara mekanis dengan membuka dan menutup kontak pemutus, maka pada sistem
pengapian elektronik pemutusan arus primer koil dilakukan secara elektronis
melalui suatu power transistor yang difungsikan sebagai saklar (switching transistor).
Pada sistem pengapian transistor signal
generator dipasang di dalam distributor untuk menggantikan breaker point
(platina) dan cam. Signal generator membangkitkan tegangan untuk mengaktifkan
transistor pada igniter untuk memutus arus primer pada ignition coil.
Sistem pengapian transistor mempunyai keuntungan :
1.
Tidak memerlukan perawatan (penyetelan/penggantian
platina) sehingga mengurangi biaya pemeliharaan.
2.
Tidak ada kontak logam dengan logam, sehingga tidak
terjadi keausan dan penurunan tegangan primer.
Gambar 3 sistem pengapian elektronika
D.
Saat Pengapian dan Pembakaran
Setelah campuran bahan bakar dibakar oleh bunga api listrik, maka
diperlukan waktu tertentu bagi bunga api untuk merambat di dalam ruang bakar.
Oleh sebab itu akan terjadi sedikit kelambatan antara awal pembakaran dengan
pencapaian tekanan pembakaran maksimum. Oleh karenanya, agar diperoleh output
maksimum pada engine dengan tekanan pembakaran mencapai titik tertinggi
(sekitar 10º setelah TMA), periode perlambatan api harus diperhitungkan pada
saat menentukan saat pengapian (Ignition timing) untuk memperoleh output
mesin yang semaksimal mungkin. Akan tetapi karena diperlukan waktu untuk
perambatan api, maka campuran udara dan bahan bakar harus dibakar sebelum TMA.
Saat terjadinya pembakaran ini disebut dengan saat pengapian (Ignition
Timing).
Loncatan bunga api terjadi sesaat piston mencapai titik mati atas (TMA)
sewaktu langkak kompresi. Saat loncatan api biasanya dinyatakan dalam derajat
sudut engkol sebelum piston mencapai TMA. Pada pembakaran sempurna setelah
penyalaan dimulai, api menjalar dari busi dan menyebar keseluruh arah alam waktu yang sebanding, dengan 20 derajat
sudut engkol atau lebih, untuk membakar campuran sampai mencapai tekanan
maksimum. Kecepatan api umumnya kurang dari 10 – 30 m/ detik. Panas pembakaran
dari TMA diubah dalam bentuk kerja dengan efisiensi yang tinggi. Kelambatan
waktu akan menurunkan efisiensi dan ini disebabkan rendahnya tekanan akibat
pertambahan volume dan waktu penyebaran api yang terlalu lambat.
Bila Proses pembakaran dimulai dari awal sebelum TMA (menjauhi TMA),
tekanan hasil pembakaran meningkat, sehingga gaya dorong piston meningkat
(kerja piston menuju gas pada ruang bakar). Jika proses sudut penyalaan
dimundurkan mendekati TMA, maka tekanan hasil pembakaran maksimum lebih rendah,
bila dibandingkan tekanan hasil pembakaran maksimum, bila sudut penyalaan dimulai
normal. Hal ini dikarenakan, pada saat sudut penyalaan yang terlalu dekat
dengan TMA, pada saat busi memercikkan bunga api dan api mulai merambat,
gerakan piston sudah melewati TMA, sehingga volume ruang bakar mulai membesar.
Sehingga walaupun terjadi kenaikan tekanan hasil pembakaran, sebagian telah
diubah menjadi perubahan volume ruang bakar. Efek yang terjadi adalah kecilnya
kerja ekspansi yang diterima oleh piston.
E.
Emis Gas Buang
Emisi gas buang memang tidak dapat dihilangkan
sekaligus, mengingat kebutuhan masyarakat akan transportasi yang semakin
tinggi. Alternatif yang muncul dapat berupa penggunaan kendaraan yang bebas
polusi dengan penggerak listrik, ataupun dengan memperbaiki ataupun menciptakan
system yang lebih ramah lingkungan. Oleh karena itu, sebagai sumber penghasil
emisi, kendaraan yang memperoleh tenaga dari hasil pembakaran didalam silinder
telah mendapatkan sentuhan teknologi tinggi baik dari penggunaan bahan bakar,
mekanisme kerja maupun system kerja yang lebih efektif dan efisien.
Disamping untuk memenuhi tuntutan pemakai kendaraan dan
sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan, produksi kendaraan mengacu pada
beberapa kriteria produk yang umum digunakan adalah : 1) Hemat bahan bakar, 2)
Rendah emisi, 3)Performa tinggi / maksimal, 4)Tingkat kebisingan yang cukup
rendah, 5)Kwalitas kenyamanan yang semakin baik, dll.
BAB IV
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Emisi atau gas buang sisa
pembakaran kendaraan bermotor harus terbebas dari gas-gas yang berbahaya. Untuk
itu, gas sisa pembakaran perlu dikontrol. Pengontrolan dapat dilakukan dari
beberapa sisi, salah satunya adalah pengontrolan pembakaran pada ruang bakar.
Berikut akan dibahas treatment atau perlakuan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi gas-gas berbahaya dari sisa pembakaran.
A.
Pembaruan
Konstruksi Mesin
1.
Perbandingan
kompresi (compression rasio)
Dalam batas-batas tertentu,
perbandingan tekanan kompresi yang tinggi meningkatkan kinerja pembakaran
mesin, sehingga otomatis pemakaian bahan bakar lebih hemat dan emisi lebih
rendah. Namun, tekanan kompresi tinggi cenderung megakibatkn masalah ngelitik-knocking dan menghasilkan
emisi yang tinggi, yang disebabkan oleh kenaikan suhu dalam ruang bakar.
Kecenderungan ini bisa diatas denga menggunakan bahan bakar dengan angka oktan
yang tinggi.
2.
Ruang
bakar
Bentuk ruang bakkar mempengaruhi
kerjaa pembakaran dan emsi yang dikeluarkan, terutama HC. Ruang bakar yang
berbentuk rumit dan terlalu luas cenderung membuat campuran udara-bensin tidak
terbakar dengan sempurrna. Ruang bakar ideal yang berbentuk sederhana, dan volume
tdak terlalu besar sehingga bensi-udara dapat berputar masuk ke dalam ruang
bakar dan bercampur lebih homogen. Penempatan busi yang baik pada ruang bakar,
sebaiknya berada ditengah ruang bakar sehingga campuran bensin-udara dapat
terbakar lebh merata dan sempurna.
3.
Mekanisme
katup
Saluran masuk (intake manifold)
dirancang mempunyai panjang leher yang sama. Hal ini menghasilkan pemasukkan
udara pada tiap silinder sebanding sehingga pembakaran menjadi lebih stabil.
Masalah overaping (katup masuk dan keluar membuka bersama) dapat dikurangi
dengan pemanfaatan teknologi, misalnya VANOS dan V-TEC. Pada sistem tersebut,
pembukaan katup dibantu dengan control elektronik mekannis. Hal ini
menghasilkan efisiensi volumetric yang lebih baik sehingga emisi (HC) gas buang
yang dihasilkan juga menjadi lebih baik.
B.
Pembaruan
Sistem dalam Mesin
1.
Sistem
Pengapian Elektronik
Karakteristik pengapian yang stabil menghasilkan proses
pengapian yang baik pada waktu putaran mesin rendah ataupun tinggi. Untuk
mendapatkan karakteristik yang baik, perlu diterapkan sistem yang stabil dan
komponen pendukung yang stabil pula.
2.
Timing
Pengapian
Timing pengapian juga akan
mempengaruhi hasil gas buang. Timing pengapian yang tidak tepat akan membuat
kadar CO pada gas buang akan meingkat. Timing pengapian yang terlalu mundur
mengakibatkan campuran udara dan bahan bakar tidak terbakar dengan sempurna,
karena durasi pembakaran akan lebih cepat.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1 Salah
satu cara untuk mengendalikan emisi pada kendaraan adalah pengontrolan pada
ruang bakar. Pengontrolan
ruang bakar yang dapat dilakukan dibagi menjadi dua yaitu melalui konstruksi
mesin dan sistem pengapian.
Saran
1. Lakukan
pengecekan taiming secara berkala untuk menhasilkan timing yang tepat
Daftar
Pustaka
Engine Group Step 1, Toyota
Winarno, 2014, “Mesin Konversi Energi”, Universitas
Negeri Semarang
Sutiman, 2014, “ UPAYA
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA MELALUI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MOTOR BENSIN DAN
EMS”, Teknik Otomotif FT UNY
Syahril Machmud, Untoro Budi Surono, Leydon Sitorus, “PENGARUH VARIASI UNJUK DERAJAT
PENGAPIAN TERHADAP
KERJA MESIN” Universitas Janabadra Yogyakarta
Arifin, Zainal, M.T dan Sukoco, M.Pd,2009,
“Pengendalian Polusi Kendaraan, alfabet